REFLEKSI

Merefleksikan perjalanan kehidupan untuk menjadikan keindahan, kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup ini,,,, Tuhan memberkati

Jumat, 19 Juni 2009

Untukmu Sahabat....

Di malam sunyi ini..
Ku melangkahkan kaki melalui lorong setiap kamar yang telap gelap.
Apa yang ku rasakan malam ini adalah kebahagiaan menanti detik detik waktu hari bahagia bagi seseorang teman sekaligus sahabat dalam perjalanan hidupku.

Seorang sahabat yang sampai saat ini tak pernah kulupa walau hanya pertama kali bertemu atau bahkan mungkin untuk pertama dan yang terakhir aku bertemu dengan dia saat itu. Masih jelas dalam bayanganku, saat dia tersenyum, berbicara, dan sorot matanya yang memberikan kedamaian kepada setiap orang yang bertemu dengannya.

Akhirnya, tibalah aku didalam Kapel. Dalam keheningan dan Gelap malam itu aku hanya bisa melihat lampu Tuhan yang menerangi, semakin aku dibawa masuk dalam keheningan.
Kuberlutut dihadapan Altar suci berserah diri dan hati menghadap pada Sang Ilahi. Waktu pun tiba menunjukan tengah malam Kusambut hari bahagianya dengan menyalakan sebuah lilin.

Aku mulai berdoa untuknya yang hari ini bahagia. Aku tidak bisa memberikan ucapan ataupun hadiah terindah untuknya. Namun aku hanya bisa mempersembahkan doa, untuk harapannya, untuk masa depannya, untuk kebahagiaannya terlebih untuk yang terbaik dalam perjalanan hidupnya. Semoga nyala lilin ini pun menyala didalam dirinya dan takkan pernah terpadamkan. Lilin itu adalah lilin kedamaian dalam hatinya.

Aku hanya bisa mengucapkan selamat lewat doa dan keheningan malam itu, Aku sungguh merasa bahagia dan kebahagiaan itu menghibur aku, disaat aku sedang mengalami dekresi dalam hidup panggilanku.

Kututup keheningan itu, kembali aku melangkah menuju kamarku dan bersahabat dalam sepi.....

Selamat berbahagia sahabatku,
Serafika Andanasari

Kapel Sanjaya, 9 Desember '08
00.00 WIB

Dalam hening kebahagiaan

-Fr. Stefanus Setyo K-

Di Hening Malam

Di dalam keheningan yang terindah
ku terdiam dalam sepi
terbayang akan sebuah kisah
dalam cinta yang tak bertepi

kini ku kan melangkah
menuju masa yang penuh cinta
masa yang terindah
dalam kehidupan dunia

-S.C. Setyo K-
refleksi harian, 3 june '09
00.01 WIB

" Hari penuh Keindahan "

Cahya cemerlang fajar Gemilang
Gelap hilang terang datang
Menyambut pagi penuh riang
Semesta pun berdendang

Bening embun bagai mutiara
Memekarkan bunga dalam jiwa
Lembut bayu menyapa
membawa hati yang bahagia

Melangkah dengan pasti
Apapun yang terjadi kan kulalui
Mencapai tujuan yang sejati
dalam cinta Sang Ilahi

-dihening pagi, 14 juni '09-

-Stefanus Cornellius Setyo K-


Selamat menjalani pezirahan dalam hidup untuk mendapatkan kebahagiaan sejati didalam cinta Tuhan, kita percaya bahwa Ia memberikan segala-galaNya baik..

Cinta itu...

Cinta itu kebebasan. memberikan kebebasan kepada yang kita cintai, memberikan kebahagiaan tanpa memaksa dengan apa yang kita inginkan.

8 Juni '09

Di Hening Malam

Apa arti cinta? cinta mempunyai arti yang universal. Bebas mengartikan arti cinta. karena cinta sendiri menuntut kebebasan, menginginkan dan mengembangkan kebebasan. tapi lebih dari itu Cinta adalah Mahakarya yang agung dari Sang Mahacinta itu sendiri. Cinta adalah keindahan dalam hidup kita, bila kita mau menyadarinya.

-8 juni '09-

Dikeheningan pagi

"Fajar menyingsinglah sudah, mengawali hari yang penuh makna. Marilah kita bersama memantapkan langkah hidup kita menuju kebahagiaan dan kedamaian dalam hati kita"

-Minggu,7 Juni '09-
-Setyo-

Ku Ingin Melihat Wajah Malaikat

Kucari wajah malaikat, saat dia datang bagai mentari terbit dan pergi bagai mentari terbenam. didalam jiwa hati terbuka menanti sang malaikat berkata "Aku mengerti kerinduan dihatimu". Saat dalam keheningan aku berkata " apakah engkau adalah sebuah jawaban dari semua kerinduanku? aku ingin engkau bersamaku, menjelajahi samudera kehidupan dalam cinta dan merasakan keajaiban keajaiban hati. -Keheningan senja, Tyo- Sabtu, 6 june -

Mentari di Ujung Senja

Saat pagi menjelang, diufuk timur tampak sang mentari berseri membuka awal hari yang baru di tengah cakerawala. Saat itu… terlihat sinarnya yang belum sepenuhnya memperlihatkan dayanya. Sinar itu masih tersembunyi di balik awan tipis yang menyelimuti bumi. Seiring berjalannya waktu, mentari itu pun mulai memperlihatkan siapakah diri yang sebenarnya. Cahayanya terus memancar di birunya langit diantara awan yang berarak bagai domba yang digiring oleh sayup lembutnya sang bayu.
Butiran embun yang memberikan kesejukan di pagi itu…mulai lenyap seiring sinar yang memancar.
Ditengah usahanya menyinari semesta, ia pun harus mengahadapi kelamnya mendung yang semakin lama semakin pekat yang melemahkan pancaran sinar sang mentari, tak hanya itu.. badai dan gemuruhnya halilintar harus ia hadapi dalam kegelapan yang menyelimuti semesta. Namun, sang mentari tak pernah menyerah, ia pun berusaha untuk menemukan suatu kebahagiaan dalam peziarahannya. Hingga suatu waktu, ia menemukan suatu kebahagiaan dengan bertemankan sang pelangi yang membentang di birunya langit yang senantiasa memberikan semangat melalui keindahan warnanya.
Waktu pun terus berlalu… ia menyadari bahwa saatnya telah tiba di ufuk barat untuk kembali keperaduannya. Senja pun tiba, ia memahami bahwa perjalanannya akan berakhir, ia harus rela meninggalkan keindahan-keindahan semesta dan juga kenangan yang selama ini ia rasakan dalam perjalanan hidupnya.
Diujung senja, ia berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi semesta, dengan sisa usaha yang ia miliki, diujung senja itu pula ia melukiskan suatu keindahan pada dunia dengan sinarnya. Ia pun tahu saat terbenam takkan lagi ada yang merasakan hangat cintanya, ia hanya mampu memberikan keindahan lewat bulan dan bintang yang gemerlap di malam itu.
Tetapi esok hari, saat ia terbit dan bersiara kembali, ia percaya akan menemukan dan memberikan sesuatu yang baru yang terbaik dalam perjalanannya di hari – hari yang baru. Ia percaya kepada Sang Pencipta yang senantiasa memberikan CintaNya yang menuntun perjalanan hidupnya.
Di ujung senja itu, ia memberikan yang terbaik bagi semuanya.
Di ujung senja, ia percaya bahwa esok akan ada keindahan yang lebih indah dari hari ini dan hari-hari yang telah dilaluinya dalam perjalanannya…
Akhirnya sang mentari di penghujung senja itu meredup dalam keheningan malam, dalam kebahagiaan akan harapan selanjutnya, walau ia tahu bahwa esok haripun ia akan menemukan kembali segala rintangan dan pengalaman yang pahit yang harus dihadapi, tetapi ia pun percaya akan yang terbaik dalam hidupnya…….

Seminari TOR Sanjaya, 16 Mei 2009


Fr. Stefanus Setyo K